Aku terbaring lemas diranjang tidur ini. Pikiranku melayang-layang.
Disampingku terdengar suara dengkur ibuku yang sedang tertidur. Tertidur
pulas dengan daster putih tipis yang terbuka bagian atasnya. Menampakan
buah dadanya yang berlapis air liur. Buah dada yang baru saja habis aku
cumbui.
************
Namaku Basun. Umurku 23 tahun. Tubuhku gemuk dan agak pendek. Aku
tinggal disebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan. Sehari-hari aku
bekerja diladang keluargaku atau kerja serabutan lainnya. Aku tinggal
hanya bersama ibuku disebuah rumah kecil didekat ladang kami. Bapakku
pergi merantau ke luar pulau dan sampai kini tak jelas kabarnya. Sedang
kakak lelakiku tinggal dikota bersama istrinya dan adik perempuanku yang
menumpang disana agar bisa melanjutkan kuliah.
Ibuku sudah berumur 42 tahun. Tubuhnya agak kurus dan berkulit kuning
langsat. Perutnya agak sedikit membuncit dengan payudara yang sudah agak
kendor. Ibuku biasanya juga berkerja diladang atau kadang menjual hasil
ladang kami kepasar.
Sejak dulu hubungin aku dan ibuku mungkin agak berbeda dengan yang anak
ibu yang lainnya. Jika anak lainnya sudah berhenti menyusu dengan ibunya
saat berumur 1 atau 2 tahun, aku hingga saat ini masih saja menyusu
dari ibuku. Saat aku masih kecil dan ada ayah dulu, sebenarnya beliau
sudah melarangnya, tapi aku jadi sering menangis hingga demam. Akhirnya
ibu meneruskan untuk menyusuiku. Kakak dan adikku juga sering meledekiku
"bayi raksasa" karena masih saja menyusu dari ibu. Tapi kini hanya kami
berdua dirumah. AKu tidak perlu khawatir lagi dengan ledekan mereka.
Ibuku juga tidak keberatan menyusuiku.
Dalam sehari, aku bisa beberapa kali menyusu pada ibuku. Aku yang
sekarang tidur seranjang dengan ibuku karena kasur lamaku sudah rusak
biasanya minta menyusu pada ibu saat bangun tidur. Aku suka bau ibu saat
baru bangun, agak masam tapi entah kenapa aku jadi sanga menyukainya.
Setelah puas biasanya kami lanjut untuk siap-siap ke ladang.
Jika ibu ikut pergi ke ladang, aku juga suka minta menyusu saat makan
siang. Ladang kami agak jauh dari pemukiman sehingga tidak perlu
khawatir ada yang melihat. Kadang aku sudah merasa kenyang hanya dengan
menyedot susu dari payudara ibuku tanpa makan nasi atau yang lainnya.
Tubuh ibu yang berkeringat membuat nafsuku menyusu sangat besar, bisa
sampai 30 menit aku menyusu.
Saat malam sebelum tidur, aku kembali menyusu. Ibuku selalu menurunkan
dasternya sedada dan membiarkan aku menghisap payudaranya sampai aku
tertidur pulas. Seringkali aku tertidur dengan pentil ibu yang masih ada
dimulutku. Jika malam-malam terbangun, aku juga akan selalu menyusu
pada ibuku untuk menghilangkan haus.
Entah kenapa, payudara ibu selalu mengeluarkan susu. Mungkin karena
setiap hari tak pernah berhenti aku hisap. Ibu pernah beberapa kali
minta aku untuk berhenti. Malu katanya masak aku sudah besar segini
masih disusui. Ibu juga bilang payudaranya jadi kendor karena jarang
pakai BH. Aku memang tidak suka ibu memakai BH, karena jadi susu jika
ingin netek.. Tapi ibu selalu tak sampai hati jika melihat aku ngambek,
jadi beliau akhirnya selalu membolehkannya.
Akupun rasanya tidak pernah puas menyusu dari ibuku. Tetek ibuku tidak
besar, mungkin hanya 32B dan sudah kendor pula. Putingnya agak panjang
(mungkin karena selalu aku sedot) dan warnanya coklat kehitaman. Rasa
air susu ibuku agak tawar-tawar manis. Pernah beberapa kali terasa agak
sepat. Tapi aku selalu menyukainya. Mungkin karena masih menyusu pada
ibu, walau kami tergolong keluarga miskin, tubuhku bisa gemuk dan
perutku buncit. Sayangnya tidak bertambah tinggi, hehehe.
*******************************************
"Ah..", jerit ibuku.
"Kenapa mak?"
"Pelan-pelan dong sun neteknya, jangan digigit pentil emak. Sakit."
"Hehehe.. Iya mak. Abis Basun lagi haus banget"
"Tadi sore kan udah netek, masa masih haus sun."
Aku sedang diranjang dan menetek pada ibuku. Sudah jam 10 malam. Dan
karena rumah kami memang tidak ada listrik, hanya ada penerangan dari
lampu petromaks dikamar ini. Ibuku mengenakan daster batik tanpa lengan
dan bagian atasnya sudah kupelorotkan kebawah. Ibuku tidur menyamping
menghadap kearahku, membiarkan buah dadanya yang kanan kiri bergantin
aku hisapi. Aku tidur hanya pakai celana kolor saja, karena memang kamar
ini agak sumpek dan pengap.Sambil menghisap tetek ibu yang sebelah
kiri, aku iseng meremas-remas tetek ibu yang sebelah kanan sambil
memainkan putingnya dengan jariku.
"Sun, tetek emak jangan digituin ah. Emak ngilu."
"Hmmm..Hmm" Aku tidak menjawab karena mulutku masih sibuk melumat pentil susu ibu. Tapi aku tak menghentikan remasan tanganku.
Terdengar dengkur suara ibu, sepertinya dia sudah tertidur. Akupun juga
sudah kenyang menyusu. Kejauhkan mulutku dari buah dada ibu. Putingnya
terlihat basah berlumuran air liurku. Mataku sebenarnya sudah
mengantuk,tapi aku tidak bisa tidur. Akhir-akhir ini entah rasanya
batang zakarku selalu mengeras jika sedang netek pada ibu. Sebenarnya
dari aku kecil dlu, ini pernah terjadi. Tapi saat ini rasanya sudah
berbeda. Akhirnya aku pergi kekamar mandi dibelakang, aku mau onani saja
biar nafsuku ini hilang.
Saat mencari sabun dikamar mandi untuk pelicin saat onani nanti, aku
tanpa sengaja menemukan celana dalam ibu ditumpukan baju yang belum
dicuci. Saat kupegang, ada bagian yang agak lembab, lalu iseng saja aku
cium baunya. Dan ternyata, ah... Baunya sangat aneh, agak masam dan
apek, tapi aku malah jadi sangat bernafsu ingin onani. Karena sabunnya
tidak ketemu, akhirnya aku beronani dengan membasahiku penisku dengan
air liurku. Aku duduk dilantai kamar mandi, mengocok penisku dengan
tangan kananku sambil menghirup aroma celana dalam ibuku yang kepegangi
kewajahku.
Rasanya begitu nikmat, apa mungkin ini yang namanya bau wanita. Rasanya
ingin cepat-cepat kukeluarkan maniku. Kepercepat kocokan dipenisku.
Mataku terpejam menahan kenikmatan.
"Sun...Sun.."
Hah? Kudengar suara ibu memanggilku. Kubuka mataku dan benar saja ibu sedang berdiri didepanku.
Sialnya aku sudah hampir orgasme dan tak tertahankan. Penisku
berkedut-kedut dan memuncratkan air mani yang begitu putih dan kental
dihadapan ibu. Aku hanya bisa menatap kosong melihat cairan pejuku jatuh
didekat kaki ibu, ada juga yang mengenai kakinya. Rasanya begitu malu
dan menyesel. Terlihat sedang telanjang bulat sambil onani dihadapan ibu
sendiri. Sial benar, memang kamar mandi kami tidak ada tutupnya hanya,
hanya ada triplek yang menutupi pintu masuk.
"Udahan kan? Balik kekamar sana. Emak mau pipis."
Lalu aku berdiri dan mengambil celana kolorku tapi tak langsung kupakai lalu menuju keluar kamar mandi.
"Sun.. dibilas dulu itu peju kamu. Nanti lengket dicelana."
Duh aku sangat malu. Akhirnya aku berbalik kembali ke kamar mandi dan
mengambil segayung air lalu membilas penisku. Setelah itu aku kembali
kekamar...
Aku berjalan kembali ke ranjang. Masih tidak percaya dengan apa yang
terjadi barusan. Aku kepergok sedang onani dan mengeluarkan mani didepan
ibuku sendiri. Ditambah lagi sambil menciumi celana dalamnya. Rasanya
aku tak berani menatap wajah ibuku. Lebih baik aku berpura-pura tidur
saja. Kudengar suara langkah ibuku kembali dari kamar mandi. Aku
pura-pura tidur sambil menghadapkan wajahku ke tembok. Ibu kembali
berbaring diranjang. Beberapa saat terasa sangat hening.
“Sun..Basun..”, suara ibuku memanggil sambil menyentuh bahuku.
“Eh.. Iya mak.” Jawabku sambil membalikan badanku ke arah ibu
“Kamu tadi abis coli ya?”
“Enggg.. Iya mak. Maap ma, basun udah gak tahan.”
Wajahku memanas. Rasanya begitu malu menjawab pertanyaan ibuku.
“Gapapa sun. Gak usah malu. Kamu kan emang udah gede. Wajar begituan.” Jawab ibukku.
“I..Iya mak.”
“Tapi kok tadi emak liat kamu cium-ciumin kancut emak. Buat apaan sun? Udah sering begitu?”
“Eh enggak mak,, itu..itu.. iseng aja tadi. Baru pertama kok mak.”
“Ih kamu sun. Kan jorok itu. Bau”
“Tapi baunya enak kok mak. Basun seneng baunya.” Aku keceplosan.
“Ih kamu sun, aneh masa bau kancut emak dibilang enak. Ya udah gapapa.
Kamu gak usah malu sama emak. Emak ngerti kok. Nah kalau kamu emang
demen cium-ciumin kancut emak ya udah gapapa. Nanti emak pisahin di
ember. Tapi inget jangan sampe kena peju kamu sun. Ntar kotor.”
“I..iya mak. Makasih ya mak.” Perasaanku jadi sedikit lega.
“Mak.. Basun boleh netek lagi gak mak? Haus nih.” Sambung diriku.
“Kamu sun.. gak ada puasnya netek sama emak. Ya udah nih.” Jawab ibuku sambil menurunkan dasternya sampai keperut.
Kupandangi puting susu ibuku yang panjang dan keliatannya tegang.
Kujilat-jilat beberapa kali dan selanjutnya kesedot sampai mengeluarkan
susu. Tanganku meremas payudara ibu yang satunya. Ibuku sudah tidak
keberetan. Kulihat ibu memejamkan mata, mungkin masih mengantuk.
Akhirnya aku menyusu sampai tertidur.
************************************************** ***************
Pagi hari saat bangun tidur, ibu sudah tidak ada disebelahku. Mungkin
sudah mandi. Yang ada hanya sebuah celana dalam warna krem yang sudah
agak tipis. Kuambil celana dalam tersebut dan kucium baunya. Ini sama
seperti celana dalam ibu yang kucium semalam. Berarti ini punya ibu.
Lalu ibu masuk kekamar hanya mengenakan handuk yang menutupi badannya.
“Udah bangun sun?”
“Eh iya mak.” Jawabku kaget karena aku masih memegang celana dalam ibuku.
“Itu kancut yang abis emak pakai semalem. Terserah kalau kamu mau
cium-ciumin. Emak gak ke kebun ya. Mau bantu-bantu Bu RT lagi ada mau
hajatan.”
“Iya mak. Ma..Makasih ma.”
"Ya udah mandi buruan sana, udah siang ntar panas dikebun."
Lalu aku segera bangkit ke kamar mandi. Kucium-ciumi celana dalam ibuku
ini. Wanginya langsung membuat birahiku naik dan penisku mengeras.
Celana dalam ini baru saja menempel dikemaluan ibuku. Baunya masih
sangat fresh. Bahkan aku liat agak sedikit basah dibagian depannya. Apa
ibuku pipis sedikit dicelana dalam ini? Ah aku sudah tidak tahan.
Langsung saja kambil sabun, kubasahi dengan air lalu kukocok penisku
dengan cepat. Kucium terus celana dalam ibuku. Aku ingin menghirup semua
baunya sampai habis.
Dan tanpa sadar aku sudah menjilati celana dalam tersebut sampai basah
dengan air liurku. Kubayangkan kalau yang sedang kujilat ini adalah
vagina ibuku. Rasanya aku sudah hampir orgasme, lalu kupakai celana
dalam itu untuk mengocok penisku. Sampai akhirnya... Ahh.. Ah...
Kekeluarkan semua airmaniku dicelana dalam ibuku. Celana dalam itu sudah
sangat basah oleh air liur dan maniku. Ah ibu pasti marah karena
semalam dia bilang jangan sampai kena air maniku. Tapi sudahlah, emak
pasti mengerti. Kutaruh celana dalam tersebut ke ember cucian lalu aku
lanjut mandi dan segera berangkat ke kebun.
************************************************** ********************************
Sudah semingguan ini ibuku selalu memberikan celana dalam yang dia habis
pakai kepadaku tiap pagi dan sore. Ibuku biasanya meletakan celana
dalamnya yang baru dipakai disamping kasur. Pernah malah sekali saat
dikamar, ibuku melepaskan celana dalamnya dan langsung memberikannya
kepadaku. Tapi aku tidak bisa melihat kemaluan ibuku karena dia memakai
daster yang panjang saat itu. Dan karena itu aku jadi beronani hingga
beberapa kali dalam sehari. Aku sangat terangsang dengan aroma yang
tertinggal dicelana dalam ibuku. Apalagi jika ada cairan-cairan yang
tertinggal. Awalnya ibukku sempat marah karena air maniku selalu
membasahi celana dalam dia yang kupakai untuk mengocok penisku. Tapi
lama-lama ibuku sudah tidak masalah.
Dan dua hari kemarin, ibuku pulang dari pasar dan membelikan aku minyak
bulus. Kata ibuku ukuran penisku agak kecil, jadi aku disuruh ibu jika
onani menggunakan minyak itu saja sambil diurut-urut kebatang zakarku.
Mungkin ibuku melihat penisku saat aku kepergok sedang onani dulu.
Ukuran penisku memang agak kecil, apalagi ditambah dengan perutku yang
gendut. Duh aku jadi malu. Tapi sekaligus bahagia karena ibu sangat
memperhatikanku.
Malam ini seperti biasanya aku dan ibuku sudah diranjang. Tapi aku sudah
kembung karena tadi sore sepulang dari ladang aku sudah netek sampai
hampir 1 jam jadi kami hanya mengobrolkan hal-hal yang kami alami hari
itu.
“Sun.. Emak liat kamu dalam sehari bisa 2 sampe 3 kali coli. Emang gak lemes badan kamu?”
“Eh enggak ma.. Abis kalo ditahan-tahan malah jadi sakit mak. Nyeri gitu mak burung basun.”
“Ah dasar kamu. Ya udah besok emak beliin telur ayam kampung sama madu deh dipasar. Biar badan kamu tetep seger.”
“Iya boleh mak. Makasih mak.”
“Oh iya gimana minyak bulusnya, udah ada hasilnya?”, tanya ibuku
“Eng.. belum keliatan mak. Cuma emang burung basun jadi lebih keras kalo lagi berdiri.”
“Kamu ngurutnya gak bener kali sun.”
“Basun biasanya sih urut-urut biasa aja sih ma.”
“Ya udah sini coba emak liat burung kamu. Sekalian emak contohin
ngurutnya. Dulu burung bapak kamu juga kecil. Tapi emak urutin pake itu
minyak jadi gede.”
“Ngg.. Nggak usah ma.”, Aku sangat kaget. Ibuku mau liat dan memijat penisku?
“Kenapa emang sun? Kamu malu sama emak? Enggak usah malu sun. Emak kan
ngurusin kamu dari kecil. Masa malu. Lagian emak juga udah pernah liat
punya kamu kan.”
Aku melihat wajah ibuku. Matanya memandang kearahku dengan tajam.
“Ya udah deh ma.”
Aku perlahan mulai menurunkan celana kolorku dalam keadaan berbaring.
Sebenernya aku agak canggung karena sedari tadi sebenarnya burungku
sudah berdiri. Begitu diturunkan, penisku langsung mengacung tegak
keluar dari celana kolorku. Memang tidak panjang, hanya sekitar 13 cm.
Tapi penisku cukup tebal diameternya dan kali ini ereksi sangat kuat.
Ada sedikit cairan pre-cum yang sudah keluar diujung penisku. Aku liat
wajah ibuku. Dia sempat seperti menelan ludah dan memandang penisku
dengan serius.
“Udah nih mak.” Suaraku memecah kesunyian diantara kami.
“Eh ya udah. Minyaknya mana sun?”
“Itu mak diatas meja.”
Emakku langsung mengambil minyak dan kembali ke rancang. Aku mengambil
posisi duduk agar lebih nyaman. Ibuku mengambil posisi duduk
disampingku.
“Kok ini burung kamu udah berdiri aja sih sun? Mikiran apa hayoo.” Canda ibuku sambil menuangkan minyak bulus itu ke tangannya.
“Enggak tauh nih mak. Tiba-tiba bediri gini.”
“Ya udah emak urutin ya.” Ucap ibuku sambil menuangkan minyak itu ke kepala penisku.”
Kemudian…. Ah…. Ibuku tiba-tiba saja langsung menggenggam penisku dengan
kedua tangannya. Tangan kirinya kemudian meremas-remas ujung atas
sampai kepala penisku sedangkan tangan kanannya meremas dasar penisku.
Pijatannya agak keras. Kedua tangannya berganti-gantian turun naik
disepanjang batang zakarku. Saat memegang kepala penisku, ujung jempol
tangan ibuku memijat lubang kencingku dan urut sensitive yang ada
dibawahnya.
“Hemm… Hemm.. ah…” Hanya itu yang keluar dari mulutku sambil diiringi nafasku yang berat.
“Gimana sun? Enak kan. Gini cara mijet yang bener biar burung kamu jadi tambah gede.”
“Iya mak. Enak ma.” Mataku sampai merem melek saking nikmatnya.
Ibuku terus mengulangi gerakan pijatannya. Lalu kemudian tangan kanan
emak turun dan meremas buah zakarku. Seketika itu juga rasanya air
maniku ingin segera keluar. Pijatan ibu di biji zakarku langsung
membuatku orgasme.
“Mak.. udah maak..” Ucapku dengan suara yang bergetar mencoba menahan agar maniku tidak keluar.
“Keluarin aja sun. Gapapa kalo gak tahan.” Sepertinya ibuku tahu kalau aku akan orgasme.
“Aaaah…” Badanku menggelinjang. Bergetar-getar kuat. Penisku
berkedut-kedut dan memuncratkan air maniku yang cukup banyak. Muncratan
pertamaku malah sampai mengenai daster ibuku dibagian dada. Sisanya
lumer membasahi kedua tangan ibuku. Penisku masih berkedut-kedut
merasakan kenikmatan orgasme barusan. Dan tangan ibuku juga masih
meremas dan memijat penisku yang sudah mulai layu. Kali ini minyak bulus
sudah bercampur dengan air maniku sehingga membuat tangan ibuku jadi
terasa makin licin.
“Peju kamu banyak bener sun ini. Tuh sampe kena daster emak, berceceran
juga ini di seprei kasur” Ucap ibuku sambil melepaskan pijatannya dari
batang zakarku.
“Iya mak. Abis pijetan emak enak bener.” Jawabku malu-malu.
“Ya udah. Emak mau cuci tangan dulu. Itu biarin aja dulu burung kamu
biar minyaknya meresep. Jangan pake celana dulu.” Lalu ibuku pergi
kekamar mandi.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Aku baru saja
dibantu onani oleh ibuku sendiri. Rasanya aku masih bisa merasakan
kehangatan pijatan kedua tangannya dibatang zakarku. Penisku sudah
menciut. Dan campuran minyak dengan mani membuatnya sangat lengket. Tapi
entah kenapa, rasanya gairahku belum tuntas.
Emak kemudian kembali dari kamar mandi. Tangannya sudah dicuci, tapi
sepertinya dia lupa dengan cipratan maniku yang mengenai dasternya. Aku
masih bisa melihat tetesan maniku dibagian daster dadanya. Emak kemudian
berbaring disampingku.
“Lelaki itu harus bisa muasin bininya nanti sun. Jadi kamu harus rutin ngurut burung kamu biar cepet gede”
“I..Iya mak. Tapi mak, kayaknya basun gak bisa mijet sendiri kayak gitu. Emak mau kan mijitin basun lagi nanti.”
“Ya udah sun. Tapi besok-besok kalo mau keluar kamu tahan dulu ya. Biar
gak muncrat-muncrat kayak tadi. Nanti emak bawain kain lap buat nampung
peju kamu”
“Iya mak. Oya mak.. Basun mau netek lagi mak. Jadi aus abis ngeluarin tadi.”
“Ya udah sini.” Emak langsung menurunkan daster bagian lehernya dan menggelontorkan payudaranya yang sebelah kiri.
“Isepnya yang pelan-pelan aja ya sun. Emak udah ngantuk, mau tidur.”
Aku langsung saja menyambut putingnya yang tegak dengan bibirku.
Kujilat-jilat dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ibuku seperti
berdehem dan memejamkan kedua matanya. Lalu kuhisap putingnya kuat-kuat
sampai susunya memuncrat membasahi kerongkonganku. Rasanya begitu
nikmat. Gurih dan segar. Badanku yang lemas sehabis orgasme tadi jadi
segar kembali. Bahkan penisku jadi kembali ereksi.
Payudara kirinya terus kuhisapi sambil tanganku meremas payudaranya yang
kanan yang masih berlapis daster. Sepertinya hisapanku terlalu kuat
hingga ibuku jadi terbangun dari tidurnya.
“Eeeeh… pelan-pelan sun…”
Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku sangat bergairah mencumbui payudara
ibuku. Rasanya ingin kusedot hingga susu dipayudara ibuku habis. Dan
tanpa sengaja, penisku yang sudah ereksi menyenggol tangan ibuku. Ibuku
langsung reflex melihat kearah penisku yang tepat berada ditelapak
tangannya.
“Kok bangun lagi ini sun. Belum keluar semua emang?”
“Iya nih mak.. Boleh lagi gak mak? Basun kepengen keluar lagi.”
Tanpa menjawab apa-apa, ibuku langsung mengenggam batang zakarku dengan
satu tangannya dan mulai mengocoknya naik turun. Untung masih ada
sisa-sisa minyak dan air mani tadi sehingga masih terasa licin. Emak
menaik turunkan genggaman tangannya sambil jempolnya memijat-mijat
lembut ujung penisku. Sesekali dengan gerakan memutar.
Aku yang semakin bernafsu makin buas menyantap payudara ibuku. Kutarik
belahan dasternya hingga terdengar sedikit suara sobekan kain. Lalu
ketarik keluar payudara kanannya. Kumainkan putingnya dengan telunjuk
dan jempolku. Kuputar-putar sambil sesekali kucubit pelan. Lalu aku
dorong putingnya kearah dalam. Air susu ibuku mulai menetes dari
putingnya yang kumainkan. Mulutku juga terus menyedot susu ibuku sambil
sesekali menggigit putingnya.
Ibuku makin mempercepat kocokannya. Terdengar ibuku seperti merintih,
Mungkin karena payudaranya kumainkan. Tapi karena keasyikan bermain
dengan payudaranya, aku jadi lengah dengan pertahanan maniku. Kantong
zakarku sudah berkedut-kedut ingin mengeluarkan air mani lagi. Dengan
reflex, kemajukan pinggungku sampai ujung penisku menekan paha ibuku
lalu kumuncratkan semua air maniku.
“Crut..crut..cruut..” Kali ini air maniku tidak sebanyak yang barusan.
Keluarnya juga tidak memuncrat karena kutekan ke paha ibuku.
Ibuku lalu melepaskan tangannya dari penisku lalu menyentuh pahanya yang
terkena air maniku. Mengusap air maniku yang lengket ditangannya.
“Ih basun.. jorok ah kamu. Kan jadi kotor nih” Ucap ibuku.
“Maaf mak. Basun refleks.” Ucapku malu. Aku tidak berani menata wajah ibuku.
“Ya udah kan udah puas. Emak mau tidur ya. Kamu juga langsung tidur nanti kesiangan.”
Ibuku langsung membalikan badannya sehingga memunggungiku. Dia tida
membersihkan air maniku di pahanya. Mungkin dia sudah sangat mengantuk.
Aku pun terbaring lemas. Dua kali aku keluar ditangan ibuku. Ditambah
kenyang sekali sambil menyusu tadi. Zakarku mulai menciut. Akupun sudah
mengantuk. Aku tertidur tanpa memakai apapun. Sejuk sekali rasanya
penisku. Kupejamkan kedua mataku. Rasanya ada perasaan sangat lega. Aku
tak sabar menunggu esok hari. Menunggu pijatan ibuku di batang zakarku.
Atau…. Mungkin lebih dari itu…
Sudah semingguan ini tiap malam batang zakarku selalu diurut minyak
bulus oleh ibuku. Kami selalu melakukannya diatas kasur saat malam hari
menj***** tidur. Sambil aku menyusu pada ibuku, tangan ibuku dengan
telaten menguruti penisku sampai aku orgasme. Dalam semalam, aku bisa
sampai 1-2 kali keluar saat diurut ibuku. Kadang air maniku keluar
ditangan ibu atau terkadang sengaja aku tempelkan penisku pada paha
ibuku agar keluar disana. Karena itu rasanya ranjang tidur kami berbau
seperti bayclin karena air maniku yang sering berceceran dikasur.
Oya sepertinya minyak bulus ini cukup berkhasiat, rasanya beberapa hari
ini penisku sudah sedikit bertambah panjang, sekitar 2 cm. Dan terasa
bertambah keras saat ereksi. Dan juga bulu-bulu kemaluanku menjadi
semakin lebat hingga mulai naik kearah perut. Mungkin selain khasiat
dari minyak bulus, ini juga hasil dari pijatan tangan ibuku yang penuh
kasih sayang.
Malam ini seperti biasa aku dan ibuku sudah berbaring diranjang. Ibu
belum mengganti seprai kasur ini beberapa hari, sehingga bau sprema ku
sangat tercium jelas. Hal ini membuat nafsuku langsung naik dan ingin
segera minta diuruti lagi oleh ibuku. Aku sudah telanjang dan emak hanya
memakai daster pendek yang bagian dadanya sudah aku turunkan agar bisa
menyusu.
“Mak, urutin burung basunnya sambil basun netek ya.” Ucapku sambil memberikan minyak bulus ke ibuku.
“Ya udah sini emak urutin.”
Aku langsung melahap payudara ibuku dan dia mulai mengusap-usap penisku
dengan minyak bulus. Mungkin karena hari ini kau terlalu lelah bekerja
diladang, baru sebentar saja, hampir aku ejakulasi. Langsung ku jauhkan
pinggulku dari ibuku hingga tangannya lepas dari penisku.
“Kenapa sun?” Ibuku sepertinya agak kaget.
“Enggak ma. Gak tahu nih, baru bentar udah mau keluar tadi.” Jawabku malu.
“Kamu kecapean kali sun. Ya udah netek dulu aja sini. Ntar klo udah segeran, emak urutin lagi.”
Aku langsung mendekati lagi ibuku dan mulai menyusu. Lama-kelamaan
ternyata penisku keras lagi. Dengan perlahan kumajukan pinggulku hingga
ujung penisku mengenai paha ibuku yang dilapisi daster. Dengan perlahan
kugesek-gesek penisku pada paha ibuku, kucoba menggeser bagian daster
yang menutupi pahanya, hingga kini kepala penisku bisa langsung
bergesekan dengan paha ibuku.
“Udah mau diurut lagi sun?” tanya ibuku.
“Gini aja dulu mak.” Jawabku sambi masih asik menggesek-gesek penisku.
Ibuku hanya diam saja .
“Mak, dasternya lepas aja ya. Takut entar kena peju basun. Kesian emak nyuci mulu.”
“Ih enggak ah sun. Masak emak telanjang didepan kamu.”
Aku langsung menghentikan gesekan penisku. Dan mengambil posisi duduk.
“Kenapa? Emak malu? Basun tiap malem telanjang gak apa-apa. Emak sendiri yang bilang gak usah malu.” Ucapku agak marah.
“Tapi sun...”
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, aku langsung membuang muka dari ibuku.
“Ya udah kalo basun mau emak buka daster.” Ucap ibuku tiba-tiba
Kulirik sedikit ibuku. Perlahan dia melepaskan dasternya melalui bagian
atas lehernya. Sekarang ibuku hanya mengenakan celana dalam saja.
Kupandangi seluruh tubuhnya. Walaupun sebenernya aku sudah sering
melihat ibuku telanjang saat aku mengintipnya mandi, tapi ini rasanya
berbeda. Ibuku hanya mengenakan celana dalam tepat didepan mataku.
Kulihat perut ibuku, sudah agak buncit dan bergelambir. Lalu kuturunkan
pandanganku. Ibuku memakai celana dalam berwarna krem. Mungkin karen
suda terlalu lama dipakai dan sering dicuci, celana dalam itu jadi
terlihat tipis. Aku bisa melihat samar-sama bulu kemaluan emak yang
menutupi vaginanya. Ya, bulu kemaluan ibuku ternyata sangat lebat dan
hitam. Mungkin ibuku tidak pernah mencukurnya. Bahkan dari bagian
samping samping pangkal pahanya, ada bulu-bulu yang menyempil keluar
dari celana dalamnya.
Kubaringkan tubuhku perlahan lalu ku jamahi lagi payudara ibuku sambil
mulai menggesek-gesekan kembail penisku dipahanya. Tangan kananku
kupelukan ke perut ibuku. Sambil menghisap payudara ibuku kuat-kuat,
kunaik turunkan badanku. Paha ibuku sudah mulai agak licin karena
pre-cum yang keluar dari penisku. Kugesek-gesekan penisku dengan kuat.
Kulihat ibuku hanya memejamkan kedua matanya. Aku rasa dia juga
menikmatinya. Saat rasa-rasanya air maniku sudah mau keluar, kuhentikan
gesekanku. Aku tidak mau orgasme dulu. Aku mau sesuatu yang lebih malam
ini.
“Mak.. Basun boleh cium memek emak gak?” Ucapku sambil mengelus payudara ibuku.
Ibuku membuka matanya. “Ih kok kamu aneh-aneh aja sun. Gak boleh ah. Jijik”
“Tapi basun pengen cium baunya mak. Basun kangen baunya.”
“Kan tadi sore emak udah kasih kancut emak ke kamu. Ciumin itu aja gih.”
“Ah bosen mak. Bosen mau langsung cium dari sumbernya”
Ibuku terdiam sambil menatap dalam kepadaku.
“Gini aja ya sun...”. Emak kemudian kulihat memasukan tangannya kedalam
celana dalamnya melalui atas. Beberapa saat dia mengesek-gesekan
tangannya disana. Lalu dia keluarkan tangannya dan mengarahkannya ke
wajahku.
“Cium ini aja ya sun. Emak abis masukin ke memek emak. Baunya nempel disini.”
Ibuku menonjolkan jari tengah dan telunjuknya sehingga seperti membentuk
posisi tangan “peace”. Kulihat kedua jarinya itu basah. Seperti ada
lendir yang melapisinya. Kudekatkan hidungku. Ahhh... baunya sangat
nikmat. Baunya sama seperti celana dalamnya yang sering kucium, tapi ini
baunya lebih kuat menyengat, lebih fresh. Kupegang tangan emak itu lalu
kutempelan sangat deket ke hidungku. Kuhirup aromanya kuat-kuat. Dan
refleks, kujilati lalu kumasukan kedua jari ibuku itu kemulutku.
Kujilati semua lendir yang ada dijarinya lalu kuhisap kuat-kuat. Ibuku
sempat hampir mau menarik tangannya, tapi genggaman tanganku lebih kuat
sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah puas, kukeluarkan jari
ibuku dari mulut.
“Ih basun.. Kok dijilat-jilat.. Jijik banget sun.” Ucap ibuku sambil melihat kedua jarinya yang kinin berlumuran air liurku.
“Abis enak banget ma, baunya. Lagi dong mak. Gesek di memek emaknya yang lamaan dikit biar lendirnya banyakan.”
“Ih kamu sun. Dasar anak aneh.”
Ibuku kembali memasukan jarinya ke celana dalamnya. Dia gesek-gesek agak
lama lalu dia berikan lagi kepadaku. Kali ini memang sepertinya lebih
banyak cairan yang menempel dijarinya. Lalu kulahap lagi seperti tadi.
Lalu terpikir sesuatu olehku, aku ingin mencoba lebih jauh.
“Mak, pakai jari basun aja ya.”Ibuku hanya diam memandangiku. Lalu
tiba-tiba dia memegang telunjuk tangan kananku dan mengarahkan ke celana
dalamnya. Aku menurut saja sambil terdiam. Kemudian jariku dimasukkan
ke celana dalamnya. Aku bisa merasakan bulu jembut ibuku yang agak kasar
dan lebat itu.
“Pelan-pelan ya sun” Ucap ibuku tiba-tiba.
Lalu dia mengarahkan telunjukku mengenai sesuatu yang agak basah dan
lembab. Kemudian ditekan perlahan hingga jariku serasar dijepit oleh
kulit yang basah dan berlendir. Ah.. Jariku sepertinya sudah masuk ke
vagina ibuku. Lalu jariku dibuat melakukan gerakan mendorong lebih
kedalam vaginanya. Seluruh telunjukku sekarang sudah masuk. Rasanya
begitu lembab dan berlendir. Jariku rasanya juga seperti dipijat-pijat
oleh gerakan otot vaginanya yang dibuat seperti mengempot-empot.
“Udah masuk tuh sun.”
Kulihat wajah ibuku. Nafasnya terengah-engah. Matanya agak menyipit.
Wajahnya berkeringat. Keelap keringat didahi ibuku dengan tanganku yang
satunya lagi.
“Biarin didalem dulu ya mak.” Ucapku.
Perlahan kumaju mundurkan telunjukku didalam vaginanya. Kubengkokan telunjukku hingga seperti posisi ingin mencongkel sesuatu.
“Ehmmm... Mmmmm”. Hanya itu yang keluar dari mulut ibuku.
Tanpa menanya ibuku lagi, perlahan kuselipkan juga jari tengahku ke
vaginanya. Vaginanya sudah sangat basah sehingga jariku bisa masuk
dengan sangat mudah. Kumaju-mundurkan sambil kucongkel-congkel vagina
ibuku. Ibuku sepertinya kenakan karena terus mengoyang-goyangkan kedua
pangkal pahanya. Karena gerakannya itu, celana dalamnya sekarang sudah
turun ke arah pahanya. Hingga kini aku bisa melihat vagina ibuku dengan
sangat jelas.
Kuambil posisi berlutut didepan vagina ibuku. Sambil tetap
menusuk-nusuknya dengan jariku, kuperhatikan vaginanya. Kusibakan bulu
jembutnya yang lebat hingga kini aku bisa melihat bibir vagina ibuku.
Vagina sudah agak bergelambir dan bibir vaguna juga sudah menyembul
keluar. Warnya agak coklat kehitaman. Wajarlah ibuku sudah tiga kali
melahirkan dan umurnya juga sudah kepala empat. Mungkin vagina ibuku
juga dulu sudah sangat sering dihajar oleh bapakku.
Kulihat ibuku terus menggerak-gerakan seluruh tubuhnya seperti sedang
manahan kenikmatan. Kini tangan ibuku memelintir kedua puting susunya
sendiri. Kupercepat gerakan jariku divaginanya. Penisku juga sudah
sangat keras. Sekalian onani aja ah pikirku. Tanganku yang satunya lagi
akhirnya mengocok-ngocok sendiri penisku. Ibuku hanya pasrah saja
melihatnya. Kedua tangan terus menurus mengocok, yang satu divagina
ibuku dan yang satu lagi dibatang penisku.
“Sun.. Sun.. Udah sun.. Emak udah gak kuat.” Tiba tiba ibuku meracau.
Tangannya berusaha menghentikan gerakanku di vaginanya tapi ten****ya
kurang kuat. Kumaju mundurkan jariku lebih cepat. Tiba-tiba jariku
rasanya dijepit sangat kuat oleh vagina ibuku, lalu terasa seperti
disiram cairan dari dalam vaginanya. Tubuh ibuku mengejang-ngejang dan
matanya terpejam. Sepertinya ibuku sudah orgasme.
Beberapa saat kubiarkan jariku tetap disana sambil merasakan sisa sisa
kedutan dari vagina ibuku. Tubuh ibuku sudah tenang dan sepertinya
terkulai lemas. Kekeluarkan jariku dari vaginanya. Banyak sekali cairan
yang ikut dijariku. Cairannya sangat lengket, kental dan berlendir tapi
warnanya agak bening. Kuoleskan cairan ibuku itu ke penisku sambil tetap
mengocok-ngocoknya. Kumasukan lagi jariku ke vagina ibu hanya untuk
mengambil cairannya kembali lalu kugosokan lagi ke penisku. Ibuku hanya
bisa melihatnya pasrah. Setelah beberapa kali, kini batang zakarku sudah
basah oleh cairan mani ibuku sendiri. Kukocok-kocok penisku dengan kuat
dengan tangan kananku. Tangannku yang kiri sambil memijat biji zakarku.
Karena cairan ibuku, penisku rasanya jadi sangat licin dan enak
mengocoknya.
Saat hampir orgasme, Kuremas kantong zakarku kuat-kuat lalu ketekan
kepala penisku. Aaah... cairan air maniku memuncrat sangat kuat. Sangat
banyak dan sangat kental. Muncratan pertama agak jauh dan mengenai
payudara kanan ibuku. Selanjut memuncrat banyak diperut ibuku lalu
sisanya sisanya menetes di vagina ibuku. Vagina ibuku jadi sangat
berantakan. Bulu-bulu jembutnya jadi sangat basah oleh cairannya sendiri
dan tetesan tetesan air maniku. Ibuku lalu mengusap-usap spermaku yang
jatuh didada dan perutnya lalu meratakannya melapisi tubuhnya.
Nafasku masih terengah-engah karena orgasme tadi. Orgasme yang sangat kuat tapi batang zakarku masih lumayan tegak.
“Mak.. Basun boleh..”
“Jangan sun.. Gak boleh begituan sama emak sendiri.” Potong emakku.
Kemudian dia merapatkan pangkal pahanya dan menutupi vaginanya dengan
telapak tangannya.
“Udah ya sun... Jangan lebih dari ini.” Ibuku memohon.
Sebenernya nafsu sudah sangat diujung. Aku ingin sekali menyetubuhi
ibuku malam ini. Aku ingin merasakan penisku dijepit dan diempot-empot
oleh vagina ibuku. Tapi aku juga tidak melihat ibuku. Kulihat diujung
matanya ada airmata yang jatuh. Wajahnya terlihat sedih dan lemas.
“I..Iya mak.. Maaf basun khilaf” Lalu aku begeser kesamping ibuku.
“Gak apa-apa sun. Emak juga khilaf tadi.” Jawab ibuku sambil mengenakan kembali dasternya lalu kembali berbaring disampingku.
“Mak gak marah kan mak?”
“Enggak sun.. Tapi emak mohon kamu jangan berpikiran macem-macem ya ke
emak. Kita udah dosa melakukan beginian. Jangan sampe kebablasan kamu
mau begituan sama emak.”
“Iya mak.. Basun gak bakal mikir gitu lagi. Tapi kalo kayak tadi lagi boleh gak mak?”
Ibuku terdiam.
“Basun mau bikin enak emak pake tangan basun. Masa basun mulu yang
dibikin enak sama emak. Basun tau emak udah lama gak ketemu bapak. Emak
tadi enak kan basun kocokin memeknya?”
“Ih kamu ini.. Sok tahu masih kecil”
“Basun udah umur 24 mak. Basun udah ngerti kok”
“Ya udah.. Klo basun mau gitu lagi boleh deh. Tapi pake tangan aja ya. Emak enak juga kok basun gituin tadi.
“Nah enak kan mak. Jadi emak bisa bikin puas basun, basuk juga bisa bikin puas emak.”
“Ah kamu.. Ya udah sini burung kamu mau diurutin gak?”
“Mau dong ma.. Mumpung masih ngaceng nih mak, hehehe” Jawabku cengengesan.
“Sun..sun.. dasar anak nakal.”
Akhirnya malam itu batang zakarku diurut emak lagi dan ejakulasi untuk
yang kedua kalinya. Setelah itu kami berdua langsung tertidur lelap.
Mungkin kecapean karena saling memuaskan dengan tangan tadi.
Kini hubunganku dengan ibuku sudah semakin jauh. Yah meski ibuku menolak
untuk aku setubuhi tadi, tapi aku rasa aku bisa membawa keintiman
tubuku kami ketahap yang lebih tinggi. Tubuh ibu dan anaknya sendiri
yang kini setiap malam tidur seranjang telanjang dan saling memuaskan
kemaluan masing-masing dengan tangan.
Naluriku masih buas.
Nafsuku belum tuntas hanya dengan ini...
Aku ingin lebih dari ini mak...
No comments:
Post a Comment